Sunday, March 21, 2010

HIPERAKTIVITAS

Pengertian Hiperaktivitas
Hiperaktivitas merupakan aktivitas motorik yang tinggi dengan ciri-ciri aktivitas selalu berganti, tidak mempunyai tujuan tertentu, berulang dan tidak bermanfaat (Hallahan & Kauffman, 1994). Anak hiperaktif lebih banyak mengalami gerakan mata diluar tugasnya, sehingga gerakan menoleh lebih banyak dibandingkan anak yang lain. Gejala tersebut akan berkurang sesuai denagn bertambahnya usia dan sebagian akan menghilang pada waktu masa remaja. 2. Penyebab Hiperaktivitas Beriktu ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

a. Faktor neurologik 1. Perilaku hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, persalinan dengan menggunakan alat bantu, dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengna berat bdan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol. 2. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang samapi kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi minimal otak (DMO) dan minimalnya dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk mmemelihara proses konsentrasi. 3. Beberapa studi menunjukan terjadinya gangguan fungsi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah obrital-limbik otak, khususnya sisi otak sebelah kanan b. Faktor toksik Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah dalam serum darah anak yang meningkat. Ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar rontgen pad saat hamil juga dapat melahirkan calon hiperaktif. c. Faktor genetik Didapatkan hbungna yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pad akeluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35 % dari orang tua dan saudara yang masia kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. d. Faktor psikososial dan lingkungan Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya, misalnya anak kurang diarahkan. Kurang mengontrol diri, menurut kehendak sendiri, sering gagal dalam pekerjaan, materi yang disampakan kurang menarik, diterangkan tidak mengerti, ingin bebas, kurang perhatian, anak kurang diarahkan dari di rumah, kelainan syaraf, fisik, perilaku konsultasi. 3. Gejala-gejala yang tampak
Gejala hoperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengna tenang merupakan suatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Disamping itu, ia cenderang banyak bicara dan menimbulkan suara berisik, kurang dapat mengontrol diri, kurang perhatian atau konsentrasi, keinginan untuk bebas yan kuat, atau berbuat menurut kehendak sendiri. Berikut ini gejala yang tampak pada anak hiperaktif yang dapat dilihat dari pola tingkahnya baik di rumah yang diamati oleh orang tua dan di sekolah yang diamati oleh para pendidik.
a. Di Rumah 1. Anak selalu bergerak. Ibaratnya dari bangun tidur sampai tidu kembali, tidak ada waktu untuk
“diam”.
 2. Tingkah laku anak sulit diduga, khususnya emosinya: lebih seperti rewel tanpa sebab, mudah
“meledak” hanya oleh sedikit masalah, ngambek. Bila bermain, anak cepat sekali bosan. 4. Keinginan anak harus segera dipenuhi, karena toleransinya rendah terhadap perasaan frustasi. 5. Anak sulit berkonsentrasi sewaktu menyelesaikan tugas, 6. Sering bertingkah laku seperti digerakan oleh motor. 7. Sering kesulitan melewati waktu luang dengan tengang. 3. b. Di Sekolah 1. 2. 3. Anak tidak mampu berkonsentrasi, perhatiannya mudah beralih. Gagal menyelesaikat tugas Suka berjalan-jalan dalam kelas, lari berputar dan gerak berlebihan pada situasi yang tidak tepat, seklaipun bukan waut istirahat. 4. Sulit duduk manis atau duduk dengan konsentrasi terhadap sesuatu. Reaksi yang sering dilaukan adlah suka menoleh kesana kemari, badan, tangan, atau kaki yang selalu gerak 5. Mengganggu kelas karena sering interupsi : berteriak memanggil pendidik, teman-temannya tanpa ada tujuan yang jelas. 6. Bila anak merasa lelah, maka terkadang sering melamun pada saat mengiktui program kegiatan belajar, sehingga apa yang dijelaskan oleh pendidik tidak mengerti. 7. Sering gugup atau gelisah, menggerakan tangan atau kaki atau ribut ketika disuruh duduk dalam kelas. 8. tidak mengikuti atau mengabaikan intruksi pendidik. Anak berperilaku semaunya. 9. Sulit untuk disiplin, kesulitan menunggu giliran seperti barisa saat masuk kelas. 4. Pengaruh Hiperaktivitas Terhadap Perkembangan Anak
Pengaruh yang konkrit pada anak hiperaktif adalah kurangnya perhatian terhadap pelajaran, anak sering gagal pada tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, dalam kelas anak hiperaktif mengganggu proses belajar mengajar karena ia sering berteriak, berjalan, berlari. Pengaruhnya pada anak lain adalah merasa terganggu atau bahkan menjadi pemicu anak yang lain ikut berperilaku hiperaktif. Beberapa contoh yang sering terjadi di sekolah : a. Di sekolah ia tidak dapat duduk diam, berlari, berjalan, berputar kesana-kemari, berceloteh atau berbicara berlebihan. b. Ketika kegiatan senam, beris berbaris atau kegiatan kelompok lainnya, ia seolah muncul sendiri dengan gerak tubuh yang berbeda dengan yang lain dan bicara terus. c. Saat kegiatan belajar berlangsung sering memotong pembicaraan atau menyela, menginterupsi atau memaksa orang lain. d. ketika absen atau menunggu giliran salaman dengan pendidik ia amat sulit bersabar dan menunggu 5. Intervretasi
a. Hiperaktivitas sebagaian besar disebabkan oleh gangguan fisik, maka dalam sekolah diharuskan punya kelas khusus, karena memerlukan pengganan yang multidisipliner yaitu pendidik, orang tua dan ahli seperti dokter atau psikolog anak. b. Tetapi bila ada anak yang mengalami hiperaktivitas, pihak sekolah menyediakan neurolog, psikolog anak, dokter anak pembimbing khusus bagi anak yang hiperaktif, pendidik bersikap sabar dan program kegiatan yang dilakukan harus bersifat khusus. c. Pada saat pelaksaan proses belajar, pendidik hendaknya menggunakan teknik penguatan, yaitu menghargai setiap usaha dan keberhasilan yang dicapai oleh anak. Pendidik harus menciptakan situasi dan kondisi yang menyebabkan anak merasa berhasil, misanya memberikan tugas-tugas yang mungkin dapat dislesaikan anak dengan mudah. Dengan cara demikian anak akan merasa senang mengerjakan tugas sehingga anak tidak cepat mengalihkan kegiatan dengan kegiatan yang lain

No comments: