(1) Marah, sumber stimulus yang menjadi penyebab emosi ini adalah
manusia dan situasi tertentu. Stimulus yang bersumber dari manusia yang
memunculkan emosi ini adalah pada saat subjek dilarang melakukan kegiatan yang
diinginkan, disuruh melakukan hal yang tidak disukai, hak milik dilanggar, dan
tindakan/ucapan diralat orang lain. Stimulus yang memunculkan emosi marah yang
terlihat pada subjek pertama tetapi tidak terlihat pada subjek kedua adalah diabaikan
saat marah, saat subjek tidak menyelesaikan latihannya, dan dipeluk/digendong/
dicium pada saat sedang melakukan kegiatan tertentu.. Selain itu stimulus berupa
situasi yang menjadi pemicu emosi marah adalah pada saat ada keinginan atau
kebutuhan subjek tidak terpenuhi. Kadang kala keinginan tersebut tidak mungkin
terpenuhi, seperti ingin menghidupkan televisi pada saat listrik padam. Hasil
pengamatan juga menunjukkan bahwa kadang kala penyebab kemarahan tidak jelas.
Respon yang terlihat menyertai stimulus di atas yang menunjukkan emosi
marah adalah; merengek, menjerit, berontak, tetap berusaha melakukan, penolakan
verbal, menghindar, menendang dan mendorong, menarik orang, memelintir dan
menggigit jari orang, membanting benda di dekatnya, mengejar orang, menangis,
menghentakkan kaki, menepuk-nepuk tangan, dan berjalan mondar-mandir. Subjek
pertama memunculkan tindakan seperti tidak ingin di dekati dan mendekati orang
yang tidak mempedulikannya pada hari sebelumnya. Peneliti tidak melihat respon
berupa temper tantrum, seperti menyakiti badan sendiri dan orang lain yang
berlebihan terhadap stimulus yang memiliki muatan emosi marah selama penelitian
berlangsung. Walupun kedua subjek memiliki riwayat tantrum yang sama sebelum
penelitian berlangsung, seperti membanting badan, tidur di lantai, membenturkan
kepala, memukul badan sendiri, mencubit, memelintir, memukul orang disekitarnya.
(2) Takut, sumber stimulus yang menjadi penyebab munculnya emosi takut
pada anak autis adalah manusia dan situasi/kegiatan tertentu. Sumber stimulus dari
manusia seperti, dimarahi/dipukul, bertemu dengan orang yang pernah
memarahi/memukul mereka dapat menjadi stimulus munculnya emosi ini. Stimulus
seperti kepekaan berlebihan terhadap rangsangan, kegelapan, kesendirian, berada
pada situasi yang dianggap menakutkan oleh mereka adalah termasuk sumber
stimulus yang berasal dari situasi/kegiatan.
Respon berupa tindakan yang memperlihatkan emosi takut adalah; menjerit
lirih, berpaling dari orang yang memarahi (mencari perlindungan), menutup telinga,
menarik orang yang berada di dekatnya, berontak, menghindar (menjauh),
menggunakan tangan orang lain, menunduk, berjalan tergesa-gesa, berpegangan erat
pada orang di dekatnya, menahan tubuh, menangis, dan memeluk orang lain,
memukul meja.
(3) Sedih, dalam kelompok emosi negatif emosi ini belum banyak dibahas
pada literatur mengenai emosi anak autis. Namun berdasarkan hasil pengamatan
peneliti menemukan bahwa kedua subjek dapat mengekspresikan perasaan sedih.
Perasaan sedih muncul berkaitan dengan sosok ibu, apabila ibu belum datang
mengunjungi maka mereka memperlihatkan perilaku seperti; melamun, menangis
dalam diam, dan memanggil-manggil ibunya.
(4) Terkejut, dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002) terkejut
merupakan emosi yang disebabkab kejadian yang datang secara tiba-tiba. Secara
fisiologis orang yang terkejut anggota badannya akan menjadi kaku, sedangkan
tindakan yang biasanya menyertainya adalah berlarian kesana-kemari.
Berdasarkan hasil penelitian ini, emosi terkejut muncul pada saat kedua
subjek ketahuan oleh orang lain sedang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak
boleh dilakukan, seperti; makan makanan pantang dan mengambil barang tertentu.
Kedua subjek dikagetkan oleh orang yang memergoki mereka sehingga mereka
meresponnya dengan meletakkan benda yang diambil atau meninggalkan kegiatan
yang dilarang, dan cepat-cepat menjauh.
No comments:
Post a Comment