Keterbatasan fisik bukan halangan untuk berjuang meraih kesuksesan. Dari atas kursi roda, Habibie Afsyah menekuni profesi sebagai internet marketer dengan penghasilan jutaan rupiah. Habibie mungkin tidak seberuntung anak muda lainnya yang dianugerahi kesempurnaan fisik. Ia mengalami kelumpuhan sejak kecil yang membuatnya harus mendapat bantuan dari orang lain dalam setiap gerak kesehariannya. Namun demikian, keterbatasan yang ada tidak membuatnya manja dan surut beraktivitas. Ia menolak berkecil hati dan ingin mandiri.
Sosok Habibie mungkin tidak asing lagi. Ia kerap menjadi narasumber dalam seminar bisnis, motivasi, dan inspirasi. Wajahnya pun beberapa kali menghiasi layar televisi. Itu berkat kiprahnya meraup penghasilan melalui bisnis online yang digelutinya sejak tahun 2007. Kepada Kampus yang bertandang ke kediamannya di kawasan Setiabudi, Jakarta, pemuda kelahiran Jakarta 6 Januari 1988 ini menuturkan kisahnya, yang semoga dapat menginspirasi kawan-kawan Kampus.
Dalam kamar berukuran sekitar 3 x 4 meter yang berfungsi sebagai ruang kerja, Habibie menjalani kesehariannya sebagai internet marketer. Terdapat satu set PC yang diakrabinya setiap hari dengan menggunakan dua jari yang masih bisa aktif digerakkan. "Sekitar 8 jam per hari," kata Habibie, mengungkapkan kebiasaan durasi online per harinya yang digunakan untuk untuk menjawab e-mail hingga mengelola situs web, dll. "Kalau bosan ya, main game, chatting, atau Facebook-an," katanya.
Melalui bisnis online yang digelutinya, Habibie berhasil meraup keuntungan sekitar 5986 US dollar atau sekitar Rp 65 juta dalam setahun. Jika dihitung kotor, berarti Habibie memperoleh penghasilan Rp 5 juta per bulan dari kursi rodanya. Lantas bagaimana cara Habibie bekerja? Habibie mengikuti bisnis online dalam sebuah situs asal Amerika www.amazon.com. Habibie menjadi perantara pembelian barang-barang yang ditawarkan Amazon. "Seperti broker atau bahasa populernya makelar gitu loh," kata Habibie.
Untuk memasarkan barang-barang yang ada di Amazon, Habibie melakukan berbagai upaya. Di antaranya memasarkan pada situs pribadinya yang bernama www.habibieafsyah.com. Jadi, jika ada orang yang meng-klik iklan barang tersebut, akan langsung terkoneksi pada situs Amazon. Jika orang tersebut jadi membeli barang tersebut, Habibie akan mendapatkan komisi atau disebut juga referral fees. Kesimpulannya, semakin banyak orang yang membeli karena perantaranya, maka akan semakin banyak keuntungan yang diraup oleh Habibie.
Bisnis online Amazon itu ia tekuni pada Juni 2007 hingga Juli 2008. Namun karena krisis global, yang membuat berbagai kebijakan Amazon berubah, penghasilannya di Amazon mengalami penurunan drastis. Ia pun menutup penjualannya di
Penghasilan per bulan yang diperolehnya sekitar Rp 4-5 juta. Itu belum termasuk penghasilan yang didapat dari honor-honor yang diterima sebagai pembicara di seminar-seminar, atau undangan lain sebagai bintang tamu di radio dan televisi.
Menurut dia, bisnis online tidak ada bedanya dengan bisnis offline. "Bedanya kalau bisnis offline asetnya itu tanah, gedung, dsb., sedangkan bisnis online asetnya itu domain dan hosting," kata Habibie. Keberadaan internet sendiri mempermudah orang untuk mempromosikan penjualan barangnya. "Orang-orang banyak menganggap perlu modal besar untuk berbisnis, itu yang sering menghambat. Orang harus punya toko, padahal tidak selalu begitu. Tidak semua orang punya modal fisik dan material yang sama. Maka, mulailah dari apa saja yang ada," kata Habibie.
Habibie memberi tips bagi orang yang berminat menjadi internet marketer. Kuncinya adalah membuat sebuah situs web yang di buat sedemikian rupa sehingga bisa menarik seseorang untuk berkunjung setelah mengetikkan suatu kata kunci. Jika pengunjung tersebut telah sampai pada situs yang dimaksud, kemungkinan untuk membeli atau menghubungi contact person yang tercantum di
Habibie menuturkan cara-cara yang bisa ditempuh agar sukses dalam bidang online marketing, di antaranya temukan kata kunci yang tepat dan mudah terpikirkan oleh orang yang nantinya akan dipasang sebagai sebuah judul situs, lalu membuat banyak tautan (link), eksplorasi desain situs, mengisi situs tersebut dengan artikel tulisan yang berkaitan, dll. "Bisnis online marketing belum terlalu familiar walau sekarang sudah mulai banyak yang mencobanya, dan peluang ke depannya masih terbuka dan cerah," kata Habibie.
***
Endang menuturkan bahwa Habibie mengalami gangguan otak secara permanen yang disebabkan terjadinya mutasi gen sehingga menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan. "Ini termasuk penyakit langka. Terjadinya 1:30.000. Dampaknya, semakin bertambah umur, semakin melemah," kata Endang
Perempuan kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1951 ini, sempat merasa shock dan sedih ketika mengetahui anaknya mengalami cacat fisik. "Harapan seorang ibu kan ingin anaknya sempurna. Tetapi Allah memberikan saya anak seperti itu, saya ikhlas saja. Saya anggap itu bukan musibah, namun anugerah karena saya diberi keistimewaan dan rahman Tuhan di antara 30 ribu orang. Saya anggap jalan ke surga," kata Endang.
Endang menuturkan, ketika Habibie masih kecil, ia selalu berjuang keras untuk kesembuhan Habibie, terutama agar Habibie bisa berjalan lagi di atas kakinya sendiri. Namun atas keterangan dari dokter dan informasi yang diaksesnya di internet yang menyatakan bahwa harapan kesembuhan sangat kecil, ia pun mulai mengubah sistem asuhannya pada Habibie. "Saya tidak lagi berjuang agar Habibie bisa jalan, tetapi lebih baik saya berjuang keras memotivasinya, membangkitkan percaya dirinya, untuk masa depannya," kata Endang.
Habibie di sekolahkan oleh Endang tidak pada sekolah khusus anak berkebutuhan khusus, namun pada sekolah formal. "Selain Habibie sendiri tidak nyaman, menurut rekomendasi dokter, Habibie termasuk anak yang cerdas sehingga mampu di sekolah formal," kata Endang. Terbukti, Habibie senantiasa meraih prestasi bagus di sekolahnya, paling tidak selalu berada dalam peringkat 5 besar. "Bahkan, ia suka jadi tempat sontekan teman-temannya," kata Endang, seraya tersenyum.
Endang setia mencurahkan kasihnya dan memberi kesempatan besar pada anaknya untuk mengembangkan diri layaknya anak-anak normal. "Saya mengarahkan Habibie untuk banyak ikut seminar dan kursus," kata Endang. Walau Habibie tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah, tetapi Endang membekalinya dengan berbagai pendidikan praktis.
Mulai dari kursus web designer, public speaking school, hingga penulisan, dijajal oleh Habibie. Termasuk juga pendidikan tentang online marketing. Habibie yang memang dasarnya hobi bermain komputer, game, dan berselancar di dunia maya, dengan senang hati mengikuti pendidikan bisnis online tersebut. Itulah yang menjadi awal Habibie dan juga dibantu Endang, mulai menekuni profesi internet marketer.
"Saya suka dengar info, walau masih samar terdengar, bahwa internet bisa menghasilkan uang. Waktu itu ada seminarnya, lalu saya ajak Habibie ke sana," kata Endang. Semenjak itu, Habibie dan Endang seringkali menjadi peserta dalam berbagai seminar dan pendidikan tentang online marketing. Kini, Endang dan Habibie juga tengah membidani kelahiran buku pertama mereka yang mengupas tentang motivasi.
Habibie dan Endang ibarat paket lengkap motivator andal yang kini terbilang sering berbicara di mana-mana. Bagi Endang, setiap individu memiliki kekurangan, tetapi sebaiknya kita tidak boleh terbelenggu oleh kekurangan. Justru sebaliknya kita harus mencari kelebihan yang ada pada diri kita dan mengembangkannya.
Habibie sendiri terpilih menjadi ikon Gerakan Nasional "Ayo Mandiri" yang bertujuan mengajak sebanyak-banyaknya keluarga terjun dalam dunia kewirausahaan. Selain itu, sejak November 2008 lalu, Habibie juga mengembangkan Yayasan Habibie Afsyah untuk menjadikan anak-anak sepertinya menjadi manusia-manusia yang mandiri secara finansial dan sosial. Anak-anak yang bisa hidup tanpa menunggu dan mengharapkan belas kasihan orang lain, serta bisa membekali dan mengembangkan potensi diri. "Jangan menyerah pada keadaan. Asal ada kemauan kuat, bagaimanapun keadaannya, setiap orang bisa sukses," kata Habibie. ***
sumber: Pikiran Rakyat
dewi irma
kampus_pr@yahoo.com
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=94603
No comments:
Post a Comment