Medan (SIB)
Direktur Yayasan Pendidikan Tuna Netra (Yapentra) Tanjung Morawa Pdt A Hutauruk STh mengatakan sampai saat ini Yapentra telah berhasil menamatkan 167 anak didik dari lembaga pendidikan tuna netra tersebut sejak didirikan 30 tahun lalu, dan para tamatan perguruan itu bisa mandiri, sudah ada yang jadi pendeta, pemusik dan bidang ketrampilan lainnya.
Hal itu disampaikan Pdt A Hutauruk STh didampingi Sekjen GKPI Pdt M Simamora, Karo Kerohanian Pdt T Simanjuntak, Sekretaris Panitia Ir TU Hasibuan dan Bendahara P Sitompul serta siswa Arjuna Perangin-angin (Lulusan S1 Sastra Inggris UNIKA Medan), Ida Siagian, Wilma Sinaga (Peraih Emas dari Catur pada Porcanas Tahun 2008) dan Kris Gulo (peraih 3 emas bidang olah raga Lari 100 m dan Lompat Jauh pada Porcanas Tahun 2008) ketika memimpin rombongan Yapentra bertemu dengan Gubsu H Syamsul Arifin SE yang diwakili Sekdaprovsu DR RE Nainggolan, Rabu (15/10) di ruang kerja Sekdaprovsu Jl Diponegoro 30 Medan.
Untuk itu diharapkan peran pemerintah agar lebih memperhatikan keberadaan anak-anak tuna netra sehingga keberadaan mereka diberi kesempatan yang sama dengan masyarakat lainnya. Karena ternyata, selain mampu mengikuti pendidikan ke perguruan tinggi, juga mereka bisa berprestasi di bidang olah raga dan bahkan mencapai prestasi gemilang dengan meraih medali emas pada Pekan Olah Raga Cacat Nasional yang dilaksanakan baru-baru ini di Kaltim.
Ditambahkannya, saat ini Yapentra mengasuh 85 anak didik tuna netra dan diharapkan sesuai ketentuan Undang-Undang supaya diberi kesempatan lebih terbuka kepada mereka belajar dan berkarya sesuai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki, serta diberi kesempatan yang sama bagi mereka untuk mengajar, pegawai dan bidang pekerjaan lainnya.
“Kedatangan kami ke sini karena keinginan anak didik untuk bertemu dengan Gubernur Sumut, sekaligus mengundang beliau bersama Sekdaprovsu untuk hadir pada HUT ke 30 dan Malam Kasih Yapentra tanggal 29 Oktober 2008 di Paramount Royal Ballroom Jl Merak Jingga Medan,” ujar Pdt A Hutauruk STh yang sejak tahun 2002 menjabat sebagai direktur.
Sementara itu Ketua Panitia St Ir T Hutagalung menjelaskan dalam ulang tahun ke 30 ini akan diluncurkan buku “Bunga Rampai 30 tahun Yapentra” yang bertemakan kemanusiaan sebagai wujud berbagi kasih dan sosialisasi kepada masyarakat tentang program Yapentra.
“Ulang tahun kali ini merupakan moment penting, sebagai review terhadap keberadaan Yapentra sebagai perpanjangan tangan bagi tuna netra sejak berdiri 30 tahun lalu sekaligus sebagai penghormatan kepada para pendiri,” ujarnya seraya mengharapkan dukungan dari warga masyarakat luas.
Sementara itu Sekdaprovsu DR RE Nainggolan menyatakan kekaguman dan terima kasih Pemerintah Provsu atas prestasi yang telah dicapai anak-anak tuna netra, khususnya di bidang olah raga lari, lompat jauh dan catur yang telah berhasil meraih medali emas dan perak sekaligus membawa harum nama Sumatera Utara pada Pocatnas lalu di Kaltim.
“Pemrpovsu sangat berbangga hati, karena ternyata anak-anak tuna netra yang walaupun cacat fisik ternyata mampu menghasilkan berbagai prestasi gemilang di dunia olah raga. Kita harapkan ke depan mereka dapat meningkatkan prestasi di tingkat internasional bahkan tingkat dunia,” ujar RE Nainggolan bersemangat sembari mengatakan suasana demokratis nampaknya cukup terbangun di tempat mereka, karena terlihat anak didik mampu mengutarakan keinginannya dengan baik dan teratur.
Mengenai permintaan anak didik tuna netra untuk mendapat kesempatan sama, Sekdaprovsu mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara yang cacat fisik dengan yang sehat, karena ternyata banyak juga orang yang cacat secara fisik tetapi dapat berkarya melebihi orang yang sehat. Untuk itu diingatkannya untuk tetap berjiwa optimis karena menurutnya lebih parah buta hati daripada buta mata, dan kepada mereka diingatkan untuk punya rasa bangga dengan keberadaannya yang bisa jadi juara. (Rel/M3/q)
Direktur Yayasan Pendidikan Tuna Netra (Yapentra) Tanjung Morawa Pdt A Hutauruk STh mengatakan sampai saat ini Yapentra telah berhasil menamatkan 167 anak didik dari lembaga pendidikan tuna netra tersebut sejak didirikan 30 tahun lalu, dan para tamatan perguruan itu bisa mandiri, sudah ada yang jadi pendeta, pemusik dan bidang ketrampilan lainnya.
Hal itu disampaikan Pdt A Hutauruk STh didampingi Sekjen GKPI Pdt M Simamora, Karo Kerohanian Pdt T Simanjuntak, Sekretaris Panitia Ir TU Hasibuan dan Bendahara P Sitompul serta siswa Arjuna Perangin-angin (Lulusan S1 Sastra Inggris UNIKA Medan), Ida Siagian, Wilma Sinaga (Peraih Emas dari Catur pada Porcanas Tahun 2008) dan Kris Gulo (peraih 3 emas bidang olah raga Lari 100 m dan Lompat Jauh pada Porcanas Tahun 2008) ketika memimpin rombongan Yapentra bertemu dengan Gubsu H Syamsul Arifin SE yang diwakili Sekdaprovsu DR RE Nainggolan, Rabu (15/10) di ruang kerja Sekdaprovsu Jl Diponegoro 30 Medan.
Untuk itu diharapkan peran pemerintah agar lebih memperhatikan keberadaan anak-anak tuna netra sehingga keberadaan mereka diberi kesempatan yang sama dengan masyarakat lainnya. Karena ternyata, selain mampu mengikuti pendidikan ke perguruan tinggi, juga mereka bisa berprestasi di bidang olah raga dan bahkan mencapai prestasi gemilang dengan meraih medali emas pada Pekan Olah Raga Cacat Nasional yang dilaksanakan baru-baru ini di Kaltim.
Ditambahkannya, saat ini Yapentra mengasuh 85 anak didik tuna netra dan diharapkan sesuai ketentuan Undang-Undang supaya diberi kesempatan lebih terbuka kepada mereka belajar dan berkarya sesuai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki, serta diberi kesempatan yang sama bagi mereka untuk mengajar, pegawai dan bidang pekerjaan lainnya.
“Kedatangan kami ke sini karena keinginan anak didik untuk bertemu dengan Gubernur Sumut, sekaligus mengundang beliau bersama Sekdaprovsu untuk hadir pada HUT ke 30 dan Malam Kasih Yapentra tanggal 29 Oktober 2008 di Paramount Royal Ballroom Jl Merak Jingga Medan,” ujar Pdt A Hutauruk STh yang sejak tahun 2002 menjabat sebagai direktur.
Sementara itu Ketua Panitia St Ir T Hutagalung menjelaskan dalam ulang tahun ke 30 ini akan diluncurkan buku “Bunga Rampai 30 tahun Yapentra” yang bertemakan kemanusiaan sebagai wujud berbagi kasih dan sosialisasi kepada masyarakat tentang program Yapentra.
“Ulang tahun kali ini merupakan moment penting, sebagai review terhadap keberadaan Yapentra sebagai perpanjangan tangan bagi tuna netra sejak berdiri 30 tahun lalu sekaligus sebagai penghormatan kepada para pendiri,” ujarnya seraya mengharapkan dukungan dari warga masyarakat luas.
Sementara itu Sekdaprovsu DR RE Nainggolan menyatakan kekaguman dan terima kasih Pemerintah Provsu atas prestasi yang telah dicapai anak-anak tuna netra, khususnya di bidang olah raga lari, lompat jauh dan catur yang telah berhasil meraih medali emas dan perak sekaligus membawa harum nama Sumatera Utara pada Pocatnas lalu di Kaltim.
“Pemrpovsu sangat berbangga hati, karena ternyata anak-anak tuna netra yang walaupun cacat fisik ternyata mampu menghasilkan berbagai prestasi gemilang di dunia olah raga. Kita harapkan ke depan mereka dapat meningkatkan prestasi di tingkat internasional bahkan tingkat dunia,” ujar RE Nainggolan bersemangat sembari mengatakan suasana demokratis nampaknya cukup terbangun di tempat mereka, karena terlihat anak didik mampu mengutarakan keinginannya dengan baik dan teratur.
Mengenai permintaan anak didik tuna netra untuk mendapat kesempatan sama, Sekdaprovsu mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara yang cacat fisik dengan yang sehat, karena ternyata banyak juga orang yang cacat secara fisik tetapi dapat berkarya melebihi orang yang sehat. Untuk itu diingatkannya untuk tetap berjiwa optimis karena menurutnya lebih parah buta hati daripada buta mata, dan kepada mereka diingatkan untuk punya rasa bangga dengan keberadaannya yang bisa jadi juara. (Rel/M3/q)
No comments:
Post a Comment