Monday, April 19, 2010

Anak Didik Tuna Netra Harapkan Kesempatan Berkarya

Posted in Medan Kita by Redaksi on Oktober 19th, 2008
Medan (SIB)
Direktur Yayasan Pendidikan Tuna Netra (Yapentra) Tanjung Morawa Pdt A Hutauruk STh mengatakan sampai saat ini Yapentra telah berhasil menamatkan 167 anak didik dari lembaga pendidikan tuna netra tersebut sejak didirikan 30 tahun lalu, dan para tamatan perguruan itu bisa mandiri, sudah ada yang jadi pendeta, pemusik dan bidang ketrampilan lainnya.
Hal itu disampaikan Pdt A Hutauruk STh didampingi Sekjen GKPI Pdt M Simamora, Karo Kerohanian Pdt T Simanjuntak, Sekretaris Panitia Ir TU Hasibuan dan Bendahara P Sitompul serta siswa Arjuna Perangin-angin (Lulusan S1 Sastra Inggris UNIKA Medan), Ida Siagian, Wilma Sinaga (Peraih Emas dari Catur pada Porcanas Tahun 2008) dan Kris Gulo (peraih 3 emas bidang olah raga Lari 100 m dan Lompat Jauh pada Porcanas Tahun 2008) ketika memimpin rombongan Yapentra bertemu dengan Gubsu H Syamsul Arifin SE yang diwakili Sekdaprovsu DR RE Nainggolan, Rabu (15/10) di ruang kerja Sekdaprovsu Jl Diponegoro 30 Medan.
Untuk itu diharapkan peran pemerintah agar lebih memperhatikan keberadaan anak-anak tuna netra sehingga keberadaan mereka diberi kesempatan yang sama dengan masyarakat lainnya. Karena ternyata, selain mampu mengikuti pendidikan ke perguruan tinggi, juga mereka bisa berprestasi di bidang olah raga dan bahkan mencapai prestasi gemilang dengan meraih medali emas pada Pekan Olah Raga Cacat Nasional yang dilaksanakan baru-baru ini di Kaltim.
Ditambahkannya, saat ini Yapentra mengasuh 85 anak didik tuna netra dan diharapkan sesuai ketentuan Undang-Undang supaya diberi kesempatan lebih terbuka kepada mereka belajar dan berkarya sesuai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki, serta diberi kesempatan yang sama bagi mereka untuk mengajar, pegawai dan bidang pekerjaan lainnya.
“Kedatangan kami ke sini karena keinginan anak didik untuk bertemu dengan Gubernur Sumut, sekaligus mengundang beliau bersama Sekdaprovsu untuk hadir pada HUT ke 30 dan Malam Kasih Yapentra tanggal 29 Oktober 2008 di Paramount Royal Ballroom Jl Merak Jingga Medan,” ujar Pdt A Hutauruk STh yang sejak tahun 2002 menjabat sebagai direktur.
Sementara itu Ketua Panitia St Ir T Hutagalung menjelaskan dalam ulang tahun ke 30 ini akan diluncurkan buku “Bunga Rampai 30 tahun Yapentra” yang bertemakan kemanusiaan sebagai wujud berbagi kasih dan sosialisasi kepada masyarakat tentang program Yapentra.
“Ulang tahun kali ini merupakan moment penting, sebagai review terhadap keberadaan Yapentra sebagai perpanjangan tangan bagi tuna netra sejak berdiri 30 tahun lalu sekaligus sebagai penghormatan kepada para pendiri,” ujarnya seraya mengharapkan dukungan dari warga masyarakat luas.
Sementara itu Sekdaprovsu DR RE Nainggolan menyatakan kekaguman dan terima kasih Pemerintah Provsu atas prestasi yang telah dicapai anak-anak tuna netra, khususnya di bidang olah raga lari, lompat jauh dan catur yang telah berhasil meraih medali emas dan perak sekaligus membawa harum nama Sumatera Utara pada Pocatnas lalu di Kaltim.
“Pemrpovsu sangat berbangga hati, karena ternyata anak-anak tuna netra yang walaupun cacat fisik ternyata mampu menghasilkan berbagai prestasi gemilang di dunia olah raga. Kita harapkan ke depan mereka dapat meningkatkan prestasi di tingkat internasional bahkan tingkat dunia,” ujar RE Nainggolan bersemangat sembari mengatakan suasana demokratis nampaknya cukup terbangun di tempat mereka, karena terlihat anak didik mampu mengutarakan keinginannya dengan baik dan teratur.
Mengenai permintaan anak didik tuna netra untuk mendapat kesempatan sama, Sekdaprovsu mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan antara yang cacat fisik dengan yang sehat, karena ternyata banyak juga orang yang cacat secara fisik tetapi dapat berkarya melebihi orang yang sehat. Untuk itu diingatkannya untuk tetap berjiwa optimis karena menurutnya lebih parah buta hati daripada buta mata, dan kepada mereka diingatkan untuk punya rasa bangga dengan keberadaannya yang bisa jadi juara. (Rel/M3/q)


Nina Tamam Kagumi Suara Anak Tunanetra Tidak Fals

Senin, 21 Desember 2009 | BP


Anak pemusik Tamam Hoesein, Nina Tamam mengagumi suara anak-anak tuna netra saat tarik suara tidak bersuara sumbang alias fals. Penghayatan dan artikulasi mereka banyak yang bagus dan berkualitas dibanding anak-anak normal, kata Nina tatkala menyaksikan kelihaian anak-anak sekolah luar biasa (SLB) bermusik di Mal Kepala Gading, Jakarta, belum lama berselang.

Selain anak-anak tuna netra, ditampilkan juga anak-anak cacat dan anak autis. Kehebatan mereka dalam menyanyi dan main musik, menimbulkan kekaguman dan tepuk tangan penonton. Bahkan, yang surprise, ada seorang vokalis anak menyanyi sambil meloncat di tempat. Yang jelas, mereka tidak kalah hebat dibanding vokalis buta dari mancanegara, seperti Stevie Wonder atau Jose Feliciano. Mereka tidak butuh dikasihani. Mereka hanya butuh tempat dan peluang untuk menunjukkan potensi kehebatan bermusik, membatik, melukis dan profesi lain, sergap Nina yang hari itu juga menghibur penonton dengan beberapa lagu, antara lain Lucky (bersama Sarwana dari grup vokal Warna), Cerita Damai, Berharap Tak Berpisah dan Ya Ya Ya.

Nina yang lama cabut diri dari Warna menambahkan, ia belum bisa mengajar menyanyi pada anak-anak tuna netra. Jujur, mengajar musik bagi mereka tidak sama dengan mengajar pada anak-anak normal. Sedang papa saya (Tamam Hoesein) sudah lama jadi pengajar musik di Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), imbuh Nina. Papa punya banyak waktu, sedangkan saya tidak, tukas Nina.

Selama ini, Nina mengikuti road show PSLB bersama Direktur PSLB, Ekodjatmiko Sukarso ke 6 kota yaitu Bandung, Semarang, Batam, Yogyakarta, Malang dan terakhir di Jakarta. Saya ditunjuk jadi juri lomba seni suara di SLB untuk tingkat SD dan SLB. Kalau jadi juri, okelah, pungkas Nina yang sedang mempersiapkan album single bertajuk Poppy Love yang musiknya diaransemen oleh Tohpati. (pik)